Blog

Mendongkrak Maqom


Kiai Burhan dikenal eksentrik. Walaupun namanya mulai berkibar dari sebuah pesantren tradisional, tapi lingkungan pergaulannya banyak dari kalangan atas, seperti pengusaha dan selebritis bahkan beberapa artis papan atas mengaku di media massa sebagai anak asuhnya. Alhasil, ini menjadi semacam simbiosis mutualisme karena sang kiai mendapat gelar baru sebagai pembimbing spiritual para artis.

Bintang sang kiai pun semakin moncer, karena di samping sering mendapat undangan mengisi pengajian di kalangan jetset, dia pun dilamar oleh sebuah partai, meski tak jelas berapa mahar yang diterima sang kiai. Dari situ kiai Burhan menjejakkan kaki sebagai anggota parlemen dan sim salabim, penampilannya juga berubah drastis, Pak kiai kini betul – betul “bukan bintang biasa” di jagat socialite” negeri Indosiasat.

Tengoklah di tangan gempalnya yang selalu melingkar arloji Bvlgari, jam tangan favorit pengusaha sukses. Datang ke parlemen juga selalu mengendarai Toyota Land Cruiser, atau BMW seri terbaru. BMW itu bukan kependekan Ba-Mim-Wau seperti seloroh para santrinya dulu tapi betul-betul akronim dari Bi-Em-Double Yu.

Tetapi, dan inilah hukum alam yang tak bisa dikendalikan sedikitpun oleh kiai Burhan, kendati penampilannya sudah dipoles berbagai aksesoris modern, tetap saja secara keseluruhan orang melihat Kabayan yang baru pertama kali masuk kota masih lebih tampan dari pembimbing spiritual para artis ini. Apalagi kopiah yang bertengger di kepalanya selalu dalam posisi kapal Titanic yang hendak karam. Toh, hal ini tidak menjadi hambatan bagi kiai Burhan untuk terus mengembangkan pengaruhnya di parlemen Indosiasat. Lidahnya seperti memiliki magnet yang bisa membuat siapapun kecantol.

Suatu hari ketika ia turun dari mobilnya tepatdi depan pintu utama gedung parlemen. Walaupun mobil yang dunaikinya memiliki kaca jendela segelap hutan di tengah malam, seorang koleganya sempat melihat dan mengenali wanita yang duduk dikursi belakang, persis di sebelah tempat kiai Burhan turun. Sambil berjalan sebelah pak kiai yang menuju lift, dengan nada menggoda sang rekan bertanya, “kayaknya ada yang bukan muhrim tuh di mobil ?”

“Ente sirik aje. Tidak bagus suka usil urusan orang !”, jawab kiai Burhan tangkas.

“Wajahnya mirip dengan pemain sinetron,”sergah sang rekan pantang menyerahsambil menyebut sebuah nama.

“Memang dia orangnya! Apa ente belum tahu kalau artis itu anak asuh ane?” Kiai Burhan memilih strategi total football seperti yang sering diperagakan tim sepak bola Belanda favoritnya.

“Anak asuh?” kaget juga rupanya sang kawan melihat keterusterangan kiai Burhan. “Anak asuh atau....”

“Ente tahu nggak, kalau artis maqomnya juga akan naik. Jadi, saling mendongkrak gitu.”

Maqom?” kali ini sang kawan bener – bener tersedak seperti tertelan biji kedondong.

“Maksud pak Kiai?”

“Bahlul Ente ah. Emangnya nggak pernah mondok ape? Maqom itu bahasa santri artinya lepel-nya naik, gitu aja kagak ngerti, kok berani-beraninya jadi anggota Parlemen”,kata pak Kiai sambil masuk ke lift yang terbuka.

Sang kawan yang ikut masuk lift rupanya masih penasaran dengan penjelasan kiai Burhan. “Kalau gitu tolong carikan saya abak asuh dari kalangan artis juga dong, pak Kiai. Nggak usah secakep yang tadi juga nggak apa apa. Yang penting artis.”

“Buat ape?” Kali ini giliran kiai Burhan yang kaget seperti pejabat pemerintah mendengar tuntutan pembatalan dari mahasiswa.

“Ya supaya Maqom saya naik juga pak kiai.”


******


Bunga Mawar Modified by Bunga Mawar © 2009